Site Network: Home | Blogcrowds | Gecko and Fly | About

Buat para petani,calon petani, pedagang bibit ikan di seluruh Indonesia, saya petani telur & bibit ikan gurami di Ciseeng- Bogor, menyediakan bibit ikan gurami berbagai ukuran.

Karena anda berhubungan langsung dengan petani,maka akan mendapatkan harga yang sangat fleksibel. Berbagai kemudahan dan pelayanan sangat kami utamakan kepada pelanggan. Kami juga memberikan garansi ikan selamat sampai ke tangan Anda.

gurame ukuran
nyilet harga Rp. 850/ekor
ngorek/lebar 4cm(umur +/-5 bulan) harga Rp. 1500/ekor.
harga nego jika jumlah banyak

lokasi empang
Kampung babakan, ciseeng bogor - belakang Telaga Kahuripan


Untuk lebih lanjut hubungi :
Ricky Tlp/sms. 021 92731473.
riqmetal05@gmail.com
Terimakasih dan JAYALAH PETANI INDONESIA...

usaha pembesaran ikan gurame

Bisnis yang tidak pernah mati adalah bisnis makanan, selama manusia butuh makanan maka bisnis makanan akan terus hidup.

salah satu makanan yg digemari masyarakat adalah gurame, harganya yg cukup mahal menjadikan ikan gurame menjanjikan keuntungan yang menggiurkan. penyebab utama gurame harganya mahal karena permintaan jauh lebih besar dari supply, karena itulah usaha pembesaran gurame peluangnya masih sangat terbuka lebar.

salam Petani Indonesia


ingin berkonsultasi mengenai bisnis gurame? dont afraid to call me : riqmetal05@gmail.com / 021 92731473

PEMBENIHAN IKAN LELE DUMBO

PEMBENIHAN IKAN LELE DUMBO

I. PENDAHULUAN
Salah satu komoditas perikanan yang cukup populer di masyarakat adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan ini berasal dari Benua Afrika dan pertama kali didatangkan ke Indonesia pada tahun 1984. Karena memiliki berbagai kelebihan, menyebabkan, lele dumbo termasuk ikan yang paling mudah diterima masyarakat. Kelebihan tersebut diantaranya adalah pertumbuhannya cepat, memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi, rasanya enak dan kandungan gizinya cukup tinggi. Maka tak heran, apabila minat masyarakat untuk membudidayakan lele dumbo sangat besar.

II. Sistematika
Philum Chordata, Kelas Pisces, Anak Kelas Telestei, Bangsa Ostariophysi, Anak Bangsa Siluridae, Suku Claridae, Marga Clarias dan Jenis Clarias gariepinus.

Bentuk tubuh memanjang, agak bulat, kepala gepeng, tidak bersisik, mempunyai 4 pasang kumis, mulut besar, warna kelabu sampai hitam. Lele dumbo banyak ditemukan di rawa-rawa dan sungai di Afrika, terutama di dataran rendah sampai sedikit payau. Ikan ini mempunyai alat pernapasan tambahan yang disebut abrorescent, sehingga mampu hidup dalam air yang oksigennya rendah.

Lele dumbo termasuk ikan karnivora, namun pada usia benih lebih bersifat omnivora. Induk lele dumbo sudah dapat dipijahkan setelah berumur 2 tahun dan dapat memijah sepanjang tahun.

- Tanda induk betina: tubuh lebih pendek, mempu- nyai dua buah lubang kelamin yang bentuknya bulat.

- Tanda induk jantan: tubuh lebih panjang, mempunyai satu buah lubang kelamin yang bentuknya memanjang.

III. PEMBENIHAN
Saat ini lele dumbo sudah dapat dipijahkan secara alami. Namun demikian banyak orang yang lebih suka memijahkan dengan cara buatan ( disuntik ) karena penjadwalan produksi dapat dilakukan lebih tepat.

A. Pematangan Gonad

Pematangan gonad dilakukan di kolam seluas 50 - 200 m2 dengan kepadatan 2 - 4 kg/m2. Setiap hari diberi pakan tambahan berupa pelet sebanyak 3 persen/hari dari berat tubuhnya.

B. Seleksi Induk
- Seleksi bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan induk yang akan dipijahkan.
- Induk betina ditandai dengan perutnya yang buncit dan kadang-kadang apabila dipijit kearah lubang kelamin, keluar telur yang warnanya kuning tua.
- Induk jantan ditandai dengan warna tubuh dan alat kelaminnya agak kemerahan


C. Pemberokan
- Pemberokan dilakukan dalam bak seluas 4 - 6 m2 dan tinggi 1 m, selama 1 - 2 hari.
- Pemberokan bertujuan untuk membuang kotoran dan mengurangi kandungan lemak dalam gonad.
- Setelah diberok, kematangan induk diperiksa kembali.

D. Penyuntikan
- Induk betina disuntik dengan larutan hipofisa ikan mas sebanyak 2 dosis (1kg induk membutuhkan 2 kg ikan mas) dan jantan 1/2 dosis atau ovaprim 0,3 ml/kg.
- Penyuntikan dilakukan pada bagian punggung.

E. Pemijahan / Pengurutan
- Apabila akan dipijahkan secara alami, induk jantan dan betina yang sudah disuntik disatukan dalam bak yang telah diberi ijuk dan biarkan memijah sendiri.
- Apabila akan diurut, maka pengurutan dilakukan 8 - 10 jam setelah penyuntikan.
- Langkah pertama adalah menyiapkan sperma: ambil kantong sperma dari induk jantan dengan membedah bagian perutnya, gunting kantong sperma dan keluarkan. Cairan sperma ditampung dalam gelas yang sudah diisi NaCl sebanyak 1/2 bagiannya. Aduk hingga rata. Bila terlalu pekat, tambahkan NaCl sampai larutan berwarna putih susu agak encer.
- Ambil induk betina yang akan dikeluarkan telurnya. Pijit bagian perut ke arah lubang kelamin sampai telurnya keluar. Telur ditampung dalam mangkuk plastik yang bersih dan kering. Masukan larutan sperma sedikit demi sedikit dan aduk sampai merata. Tambahkan larutan NaCl agar sperma lebih merata. Agar terjadi pembuahan, tambahkan air bersih dan aduklah agar merata sehingga pembenihan dapat berlangsung dengan baik, untuk mencuci telur dari darah dan kotoran lainnya, tambahkan lagi air bersih kemudian dibuang. Lakukan 2 - 3 kali agar bersih.
- Telur yang sudah bersih dimasukkan kedalam hapa penetasan yang sudah dipasang di bak. Bak dan hapa tersebut berukuran 2 m x 1 m x 0,4 m dan sudah diisi air 30 cm. Cara memasukan, telur diambil dengan bulu ayam, lalu sebarkan ke seluruh permukaan hapa sampai merata. Dalam 2-3 hari telur akan menetas dan larvanya dibiar- kan selama 4-5 hari atau sampai berwarna hitam.

E. Pendederan
~ Persiapan kolam pendederan dilakukan seminggu sebelum penebaran larva, yang meliputi : pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar dan pembuatan kemalir
~ Pengapuran dilakukan dengan melarutkan kapur tohor kedalam tong, kemudian disebarkan ke seluruh pematang dan dasar kolam. Dosisnya 250 - 500 g/m2.
~ Pemupukan menggunakan kotoran ayam dengan dosis 500 - 1.000 gr/m2.. Kolam di isi air setinggi 40 cm dan setelah 3 hari, disemprot dengan organophosphat 4 ppm dan dibiarkan selama 4 hari.
~ Benih ditebar pada pagi hari dengan kepadatan 100 - 200 ekor/m2.
~ Pendederan dilakukan selama 21 hari. Pakan tambahan diberikan setiap hari berupa tepung pelet sebanyak 0,75 gr/1000 ekor.

IV. PENYAKIT
Penyakit yang sering menyerang lele dumbo adalah Ichthyopthirius multifiliis atau lebih dikenal dengan white spot (bintik putih). Pencegahan, dapat dilakukan dengan persiapan kolam yang baik, terutama pengeringan dan pengapuran. Pengobatan dilakukan dengan menebarkan garam dapur sebanyak 200 gr/m3 setiap 10 hari selama pemeliharaan atau merendam ikan yang sakit ke dalam larutan Oxytetracyclin 2 mg/l.

sumber :http://bbat-sukabumi.tripod.com/lele.html

miara lele hrs luas ya lahannya?

pertanyaan : miara lele hrs luas ya lahannya?

jawaban :
luas lahan tergantung skalanya mau seberapa besar.
bisnis lele =modal besar,resiko besar, untung besar,untung cepet.

untuk 1 empang 10x10 meter diisi 10rb ekor benih lele ukuran 7-8cm butuh modal 8jt, klo lancar margin 1 jt dalam 40hr/empang.
klo ga lancar..mati semua..ngasih pakannya jangan sampe telat..lele rakus tapi lemah ga sekuat gurame

komponen biaya 80% untuk beli pakan, klo bisa harus mencari sumber pakan alternatif misalnya bangkai ayam,sosis kadaluarsa, dll

www.juragangurame.blogspot.com

perbandingan kedalaman kolam

Penggunaan kolam dengan kedalaman dua meter atau lebih merupakan teknik budidaya yang relatif baru bagi para pembudidaya ikan. Pembudidaya biasa menggunakan kolam dengan kedalaman berkisar antara 1,0 – 1,2 m. Adopsi teknik budidaya ini dapat memberikan dampak yang positif bagi para pembudidaya, mengingat penambahan rata-rata kedalaman kolam sekitar 80 – 100 cm dapat meningkatkan efisiensi penggunaan lahan hingga 400% (dalam pemanfaatan luas) atau 150% (dalam pemanfaatan volume). Secara finansial, pendalaman kolam hanya memerlukan biaya sekitar Rp 30.000/m3 sedangkan biaya perawatan/perbaikan kolam tidak mengalami perubahan.


Penggunaan kolam dengan kedalaman dua meter dapat memberikan dampak positif pada usaha budidaya gurame. Kolom air yang lebih dalam memberikan kesempatan yang lebih lama pada ikan untuk menangkap pakan tenggelam yang diberikan sesuai dengan karakteristik biologi ikan gurame yang cenderung lambat merespon pakan. Selain itu, bentuk ikan yang pipih dengan gerakan yang cenderung dominan vertikal juga dapat lebih mengefisienkan kolom air yang dalam dibandingkan dengan pada kolom air yang dangkal. Tingkah laku ikan gurame yang sangat responsif terhadap gangguan eksternal juga dapat dikurangi pada kedalaman kolam dua meter dibanding dengan satu meter. Walaupun di sisi lain, peningkatan padat tebar pada kolam dua meter dapat mengakibatkan ikan kurang dapat menerima stress internal yang mungkin terjadi, misalnya: gesekan antar ikan saat terjadi kejutan. Selain itu, peningkatan padat tebar juga berimplikasi pada peningkatan beban bahan organik dari sisa pakan dan kotoran ikan sehingga dapat mengurangi daya dukung (carrying capasity) kolam.

Dampak penggunaan kolam dalam yang cenderung kontradiktif tersebut dapat ditunjukkan dari hasil pemeliharaan ikan pada kolam percontohan. Hasil pemeliharaan ikan pada kolam percontohan (kolam dalam, 2 m) relatif tidak berbeda dengan hasil pada kolam pembudidaya (kolam dangkal, 1,0 – 1,2 m), baik dengan sistem produksi monokultur (gurame) maupun polikultur (gurame dengan nila dan gurame dengan nilem).

Dampak positif penggunaan kolam dalam tidak cukup tampak dari adanya peningkatan pertumbuhan ikan yang ditanam dibandingkan dengan kolam dangkal. Peningkatan yang sangat signifikan pada penggunaan kolam dalam dapat diperoleh dari efisiensi penggunaan lahan. Pada luasan lahan yang sama, produksi ikan dengan kolam dangkal dapat ditingkatkan 3-4 kali lipat bila dengan menggunakan kolam dalam sehingga dapat berpengaruh terhadap peningkatan produksi secara total dalam satu kawasan.

Hasil ikan gurame pada sistem monokultur relatif tidak berbeda dengan hasil pada sistem polikultur tetapi terdapat peningkatan nilai tambah dari hasil panen ikan nila atau nilem. Antara ikan utama (gurame) dengan ikan tambahan (nila atau nilem) tampaknya tidak terdapat persaingan untuk mendapatkan sumber makanan, baik pakan utama (pelet buatan) maupun pakan tambahan (hijauan). Meskipun ikan-ikan ini cenderung bersifat herbivora, namun karena dilakukan pengaturan ukuran tanam sehingga persaingan dapat ditekan dan ikan tambahan tampaknya cenderung memanfaatkan sisa metabolisme ikan utama dan sumber makanan lainnya.

Penggunaan pakan buatan tenggelam yang bersumber dari hasil produksi kelompok pembudidaya menunjukkan hasil total yang relatif tidak berbeda dibandingkan dengan menggunakan pakan buatan apung yang bersumber dari pabrik pakan. Secara visual, ikan yang diberi pakan apung tampak berukuran lebih gemuk dibandingkan dengan ikan yang diberi pakan tenggelam. Namun secara bobot, ikan yang diberi pakan berbeda tersebut relatif tidak berbeda sehingga dari bobot total panenan juga tidak berbeda. Sedangkan pada penanganan pasca panen (transportasi ikan dari kolam sampai pasar), terdapat perbedaan ketahanan tubuh antara ikan dengan sumber pakan yang berbeda tersebut. Ikan yang diberi pakan tenggelam cenderung lebih tahan terhadap tekanan fisiologis saat transportasi dibandingkan dengan ikan yang diberi pakan apung. Namun demikian, pada kegiatan percontohan ini tidak dilakukan identifikasi secara mendetail dan perlu penelaahan yang lebih lanjut mengenai perbedaan ketahanan tubuh tersebut.

Dari 66 hektar yang diproyeksikan, Cilacap kebagian lahan pengembangan 30 hektar, 45%

Meski bukan produsen utama perikanan budidaya gurame di Jawa Tengah (Jateng), Cilacap merupakan salah satu daerah sasaran pengembangan kawasan kampung gurame (gurame center) di Jawa Tengah (Jateng). Dari 66 hektar yang diproyeksikan, Cilacap kebagian lahan pengembangan sebanyak 30 hektar (45%), dengan harapan mampu memproduksi 20 ton/ha/tahun (sekali panen). Selain Cilacap, beberapa daerah pengembangan kawasan lainya adalah Banjarnegara (15 ha), Banyumas (13 ha) dan Purbalingga (8 ha).
Dipilihnya Cilacap sebagai basis terluas untuk pengembangan kawasan gurame di Jateng karena daerah ini memiliki luas lahan ‘tidur’ yang belum terjamah. Selain itu, juga didukung letaknya yang strategis karena berada di perbatasan Jateng dan Jawa Barat (Jabar) yang relatif dekat Ibukota Jakarta. Sehingga pangsa pasar lebih cepat dan dekat dijangkau. “Cilacap bukan hanya potensi budidaya, tapi juga pasar yang mudah terjangkau,” terang Galih Rasiono, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Dinlutkan) Jateng.

Mulai Berkembang
Adalah Kecamatan Maos, salah satu wilayah potensi yang mampu membuktikan kehandalan pasokan rutinitasnya mencapai 6 kuintal saban minggunya, dari lahan yang dimanfaatkan 27,16 ha. Pasar utamanya Jakarta dan Bandung..
Sejauh ini, untuk pengembangan perikanan budidaya secara umum Cilacap baru memanfaatkan lahan sebanyak 17% (433.32 ha), dari luas lahan 2.535 ha yang dimiliki. Maka menjadi sebuah keniscayaan, melalui pengoptimalan lahan sisa tersebut di kemudian hari Cilacap merupakan pusat budidaya perikanan. Perkembangan budidaya perikanan gurame Cilacap juga dilaporkan oleh Sri Sunarti, penyuluh lapang Dinas Pertanian Cilacap. Ia mengatakan, beberapa tahun belakangan terjadi penambahan/perluasan lahan. Diindikasikan dengan bertambahnya “jam kunjungan” kerjanya ke lapangan. Termasuk ia seringkali dimintai bantuan mencarikan benih, sarana-prasana sampai akses pasar. Bahkan ia membantu menyusun proposal pengajuan permohonan penambahan modal ke Bank.
Kegigihan petugas penyuluh lapang Sri Sunarti ini dirasakan langsung oleh H Purwoko, pembudidaya gurame Maos-Cilacap. Peran Sri dalam transfer informasi dengan pendekatan persaudaran diakui Purwoko mengantarkan kesuksesannya sebagai pembudidaya gurame ternama di daerah itu. “Bukan saja sebagai petugas penyuluh, tapi mitra kerja,” kata pemilik 23 kolam di atas lahan 1,6 hektar ini.

Bila Kubangan jadi Kolam Gurame


Penyelamatan lingkungan yang beriringan dengan pemberdayaan lahan sehingga bernilai ekonomis, berbuah Kalpataru

Gubuk – gubuk bambu beratap rapak (daun tebu kering) bertebaran di kanan – kiri jalan yang membelah hamparan persawahan menuju desa Jambidan. Sejak puluhan tahun lalu, pemilik tobong dan ratusan pekerja pencetak batu bata ini menggantungkan hidupnya dari gubuk yang lazim disebut tobong bata (tungku batubata) itu.
Di dekat gubuk – gubuk itu, lubang galian tanah menganga, kontras dengan hijaunya persawahan sekitar. Saat penghujan, lubang-lubang galian itu berubah menjadi kubangan yang membahayakan warga. Jika kemarau tiba, galian itu menambah ‘panas’ suasana, karena merusak pandangan mata dan tak ada tumbuhan yang menutupinya.
Keadaan ini bertahan sampai 12 tahun lalu, hingga mengundang keprihatinan Suharsono, aktivis pertanian dan perikanan desa itu. Ia berpikir keras, agar galian menganga itu produktif kembali. Menimbunnya jelas tak mungkin, apalagi mengubahnya kembali menjadi lahan sawah. “Saat kemarau memang bisa ditanami padi, karena daerah ini mendapat irigasi sepanjang tahun. Tapi saat penghujan, pasti tergenang bahkan tenggelam. Air di dalamnya sulit dibuang, posisi dasar galian lebih rendah dari saluran air,” tutur Suharsono saat ditemui TROBOS.
Sampai akhir 1980-an, separuh warga kampungnya bergantung pada tobong batu bata ini. Mereka ikut-ikutan karena banyak warga yang sukses dari batu bata. “Ada yang bisa menyekolahkan anak hingga akhirnya sukses di perantauan, banyak yang akhirnya bisa membeli truk hingga bisa alih profesi, bahkan beberapa orang menjadi pemborong bangunan,” tuturnya. Ini membuat semakin sulit menghentikan keberlanjutan penggalian, bahkan hingga hari ini.

Menebari Gurame
Akhirnya, pada 1996 Harsono menemukan akal, kubangan menganga itu akan ia sulap menjadi kolam ikan. Ide ini pas dengan potensi pengairan setempat yang nyaris tak henti mendapatkan suplai air sepanjang tahun. Tak ingin berdebat panjang dengan menawarkan ide kepada orang lain, ia bergerak sendiri dengan menyewa sepetak tanah bekas galian. “Sewanya murah sekali. Sekarang juga masih murah, Rp 1000/m2/tahun,” ceritanya. Setelah dirapikan, kubangan itu ditebarinya dengan ikan tombro (mas) dan nila. “Aneka ikan pokoknya,” kata ‘wong ndeso’ yang menggeluti mina padi sejak 1969 ini. Melihat panenan Harsono, beberapa orang mulai meniru langkahnya menyulap kubangan menjadi kolam ikan.
Tak langsung puas dengan hasil panenannya, Harsono mencari komoditas ikan yang paling tepat untuk kondisi kubangan yang airnya menggenang dan cenderung sulit bersirkulasi ini. “Dari cari-cari informasi, rupanya gurame lah yang paling tepat. Karena sifatnya yang suka hidup di air tenang dan justru kurang tahan di air yang mengalir,” paparnya. Waktu itu, ia memelihara secara ekstensif, kepadatan 5 ekor /m3 dan hanya menggunakan pakan alami daun senthe dan kangkung.
Sembari berbincang ia menunjukkan kolam pemancingan terpadu dengan warung masakan ikan miliknya yang bekas galian batu-bata. “Karena untuk pemancingan, kolam ini saya bangun agar lebih pantas. Saya satukan dengan warung agar yang ingin hasil pancingannya langsung dimasak ataupun ingin jajan tidak perlu repot keluar,” tutur Harsono.

Karena Ikan Seperti Manusia

Totalitas dalam budidaya ikan akan mengantarkan pada kesuksesan

Petang membayang. Hanan masih berkubang dalam kolam. Tenang dan mantap tangannya bergerak menangkap ikan gurame yang terkumpul dalam wadah tong plastik. Tanpa menimbang, lelaki 53 tahun itu menyortir ikan-ikan tersebut dengan ukuran sepadan. Ikan-ikan sortiran ditempatkan terpisah di wadah lain. Sementara yang bagus dimasukkan kembali ke kolam.
Hanan, pembudidaya, pengepul sekaligus pemasok ikan di wilayah Bojong Sari, Sawangan, Depok, Jawa Barat. Seperti biasanya, dia sedang menyiapkan orderan ikan gurame yang cukup banyak. Di wilayah itu Hanan menjadi pemasok ikan air tawar terbesar. Tak sekadar berkibar di pasar-pasar tradisional setempat, nama Hanan sebagai pemasok ikan telah menjadi rujukan utama sejumlah supermarket dan swalayan terkemuka di Jakarta. Ikan-ikan Hanan juga memenuhi restoran dan rumah makan seafood di sekitar Depok dan di Puncak, Bogor. Selain gurame, Hanan memasok ikan patin dan bawal.
Berkat usaha tersebut, Hanan berhasil membiayai kuliah dua anaknya di universitas negeri ternama di Jakarta dan Malang. Satu anaknya lagi masih duduk di bangku SMU.

Bukan Usaha Sampingan
Meski Hanan terbilang sukses bersandar hidup pada budidaya ikan, tetapi sebenarnya hal itu tak seketika jatuh dari langit. “Jangan tanya berapa besar pengorbanan saya untuk mempertahankan usaha ini,” ujarnya berretorika.
Pria asal Malang yang cuma mengenyam pendidikan di bangku madrasah ini mengaku terjun di budidaya ikan sejak 30 tahun silam. Waktu itu, katanya, hanya ikut orang. Lalu pada 1985, selain budidaya ikan, Hanan mulai menjajal perdagangannya.
Dari pengalaman itu, kemampuan Hanan dalam hal budidaya ikan kian terasah. Dia kemudian memutuskan secara total menekuni usaha tersebut. “Ikan itu seperti manusia, butuh perhatian. Kalau mau berhasil, usaha ini tak bisa dijadikan sampingan,” ujarnya berfilosofi.
Dan totalitas itu membuahkan hasil. Kini Hanan bisa menjual tak kurang dari 2 kw gurame saban harinya. Tak jarang, permintaan gurame mencapai 5 kw sehari. Pada bulan puasa, permintaan gurame bahkan lebih gila lagi, minimal 8 ton! ”Tiap pagi, apalagi sabtu-minggu, di sini selalu ramai pembeli,” katanya.
Memenuhi permintaan ikan sebanyak itu, Hanan mengaku tak seluruhnya berasal dari kolamnya. “Kalau dari saya sendiri bisa nggak keuber,” ujarnya. Maka Hanan pun bersiasat, sebab kalau tidak pelanggannya akan mencari pemasok lain. Dia mengandalkan pasokan dari pembudidaya lain di wilayah tersebut untuk memenuhi orderan.
Total pembudidaya gurame yang rutin menyetor ikannya ke Hanan ada 25 orang. Semuanya berada di wilayah Depok dan sekitarnya. Hanan menyatakan pernah juga mengambil ikan dari daerah Jawa seperti Kediri dan Purwokerto. Harganya miring yaitu Rp 17 ribu per kg dalam keadaan hidup, sementara jika mengambil dari Depok harganya lebih besar dari itu. Tetapi, kendati lebih murah, Hanan tidak mau lagi mengambil ikan dari wilayah Jawa. Sebab, ikan-tersebut hanya akan tahan 2 atau 3 hari saja di tempatnya. Itu artinya ikan tersebut akan mati ketika sampai di supermarket.
“Inilah anehnya, nggak tahu ikan-ikan itu dikasih bius atau obat apa kok bisa tahan di perjalanan, baru ketika sampai di sini mati,” jelasnya. Hanan tak ingin pelanggannya jera. “Saya harus menjaga mutu barang, ini yang saya pertaruhkan,” imbuhnya.

Beda Harga Mencolok
Penjualan gurame dilakukan dalam keadaan hidup. Sehingga teknik pemanenan mengambil peranan penting. “Gurame yang lecet sedikit saja, bisa langsung jatuh harganya,” ungkapHanan. Ia berpendapat persoalan menangkap gurame tak bisa dilakukan sembarang orang. “Jangan terlalu kenceng dan memegangnya harus terbalik,” ujar Hanan berbagi ilmu. Cara tersebut selain bisa mengurangi risiko lecet pada gurame juga untuk menghindari tamparan si ikan bercambuk ini.
Tetapi meski sudah menguasai teknik pemanenan bukan berarti urusan jual-beli gurame tidak ada masalah. Hanan mengeluhkan perbedaan harga yang besar di pihaknya dengan pihak pembeli. Untuk gurame yang siap konsumsi ¯mulai ukuran 500 sampai 800 g¯ dihargai Rp 22 ribu per kg. Sedangkan gurame lecet atau rusak dihargai Rp 18 ribu per kg.
Harga tersebut setelah sampai di restoran atau di tempat pemancingan menjadi berlipat. "Dari saya kok murah banget ya?” ujarnya sedikit gundah melihat perbedaan harga yang mencolok. Dia mengungkapkan pernah mendapati harga gurame yang hanya berukuran 500 g di tempat pemancingan mencapai Rp 50 ribu per kg. Meski begitu, Hanan tetap tak berkutik. Alih-alih menaikkan posisi tawarnya, dia harus memenuhi segala persyaratan yang cukup ketat dari supermarket. Hanan mengungkapkan, supermarket bersikukuh bertahan pada harga itu dengan alasan pihaknya masih diharuskan membayar pajak yang cukup mahal.

sumber : http://www.trobos.com/show_article.php?rid=15&aid=847

awal memulai usaha

Perkenalkan Saya Ricky Ardhi..berasal dari Purwokerto jawa tengah kini tinggal di Depok - Jawa barat.

Usaha saya adalah pembenihan gurame, usaha tersebut diinpirasikan karena saya sangat gemar makan gurame, tapi karena harganya mahal jadi jarang makan. salah satu favorit saya adalah ikan gurame asam manis.

budidaya ikan gurame saya yaitu, menelurkan kemudian membesarkan hingga berumur 3 bulan, setelah 3 bulan dijual ke petani lainnnya.